Cerita Haji Agus Salim Cegah Orang Jepang 'Bunuh Diri'
Oktober 30, 2025
Saat menduduki Indonesia, Jepang mengeruk sebanyak-banyaknya sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) setempat demi kemenangannya di kancah Perang Dunia II.
Pada zaman itu, Haji Agus Salim diminta bekerja pada markas Pembela Tanah Air (PETA), organisasi bentukan Jepang, yang terletak di bekas tangsi KNIL, Bogor. Sebab, tokoh Sarekat Islam yang akhirnya dikenang sebagai diplomat legendaris Indonesia itu dinilai mahir berbahasa Jepang. Bahkan, Namun, ia bertugas dalam tim penyusun kamus kemiliteran untuk serdadu Nippon.
Di Bogor, Haji Agus Salim bersahabat dengan Kapten Yamasaki. Seperti diceritakan Kustiniyati Mochtar dalam Seratus Tahun Haji Agus Salim (1996), para tentara Jepang menaruh respek terhadap suami Zainatun Nahar tersebut.
Sewaktu (pada akhirnya) Dai Nippon kalah perang, Yamasaki hendak mengakhiri hidupnya (harakiri), seperti ksatria-ksatria Jepang yang berprinsip Bushido. Kebetulan, Agus Salim memergokinya. Dengan gaya khasnya, berbahasa isyarat pula—yang diselingi Indonesia dan sedikit Jepang—dia meyakinkan Yamasaki bahwa bunuh diri bukanlah tindakan pemberani. Keputusan itu justru menandakan seorang pengecut. Yang penting adalah berani-hidup, bukan berani-mati.
Sang kapten akhirnya terbujuk. Dia kemudian memutuskan pulang ke negerinya dan kembali menjadi guru—pro
Menurut kesaksian Zainatun Nahar, yang berkunjung ke Jepang pada 1955 (sesudah wafatnya Haji Agus Salim), sahabat suaminya itu ternyata masih hidup. Dia kini mengelola sekolah keterampilan rumah tangga.
“Tampaknya Yamasaki tak menyesali keputusannya 10 tahun yang lalu,” kenang Zainatun, seperti termuat dalam buku Seratus Tahun Haji Agus Salim (1996).
Haji Agus Salim lahir dengan nama yang harfiah berarti ‘pembela kebenaran’, Mashudul Haq. Anak keempat dari pasangan Sutan Muhammad Salim dan Siti Zaenab tersebut lahir di Koto Gadang, Agam, Sumatra Barat, pada 8 Oktober 1884. Adapun julukannya ialah “The Grand Old Man.”
Ini diberikan oleh presiden RI pertama, Ir Sukarno. Sebab, Haji Agus Salim diakuinya sangat piawai dalam berdiplomasi di berbagai forum yang membawa nama Indonesia di level internasional. Tokoh yang wafat pada 4 November 1954 ini berperan penting dalam memuluskan pengakuan negara-negara Arab atas Indonesia serta lobi-lobi Indonesia di PBB pada masa revolusi, 1945-1949.
Sumber: republika